
Manchester, 19 Juni 2025 — Klub raksasa Inggris Manchester City kembali jadi sorotan, namun kali ini bukan karena trofi atau rekor kemenangan. Premier League menjatuhkan denda sebesar lebih dari £1 juta (sekitar Rp21 miliar) kepada City akibat melanggar jadwal kick-off sebanyak sembilan kali selama musim 2024/2025.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Premier League memiliki aturan tegas mengenai ketepatan waktu kick-off. Setiap pertandingan telah dijadwalkan secara presisi, karena menyangkut:
- Siaran langsung oleh broadcaster global,
- Perjanjian sponsor,
- Operasional stadion dan keamanan.
Namun, Manchester City tercatat sembilan kali tidak mematuhi jadwal tersebut. Keterlambatan atau pelanggaran waktu dimulai dianggap merugikan pihak-pihak yang berkepentingan secara komersial dan teknis.
Beberapa Pertandingan yang Disorot:
Meskipun tidak dirinci semua, sejumlah laga besar seperti:
- Manchester City vs Arsenal
- Manchester City vs Tottenham
… disebut sebagai bagian dari pelanggaran, karena pertandingan dimulai lebih lambat dari jadwal resmi—dalam beberapa kasus terlambat hingga 90 detik atau lebih.
Apa Kata Pep Guardiola?
Manajer City, Pep Guardiola, sempat memberi tanggapan:
“Kami ingin semua berjalan sesuai jadwal, tapi kadang antusiasme fans, pemeriksaan keamanan, dan protokol sebelum pertandingan membuat sulit untuk 100% tepat waktu.”
Guardiola menyarankan agar pihak liga mengevaluasi fleksibilitas waktu dalam batas wajar.
Mengapa Dendanya Sangat Besar?
Premier League menganggap bahwa keterlambatan kick-off adalah pelanggaran serius karena:
- Mempengaruhi kualitas siaran langsung,
- Berisiko terhadap jadwal tayang iklan dan slot media global,
- Menimbulkan efek domino untuk pertandingan lainnya.
Inilah alasan mengapa denda kali ini menjadi salah satu yang terbesar hanya karena pelanggaran jadwal teknis.
Ke Mana Uang Dendanya?
Premier League menyatakan bahwa uang hasil denda ini akan dialokasikan ke:
- Dana pengembangan kompetisi akar rumput,
- Pelatihan wasit dan ofisial,
- Program pendidikan sepak bola komunitas.
Komentar Pengamat
Menurut analis Premier League, Gary Neville:
“City memang salah, tapi denda sebesar itu untuk keterlambatan hitungan detik? Ini mengaburkan antara disiplin dan overregulasi.”
Sementara itu, para penyiar seperti Sky Sports menuntut konsistensi dalam penerapan aturan kepada semua klub, bukan hanya klub-klub besar seperti Manchester City.
Kesimpulan
Kasus ini menunjukkan bahwa di era sepak bola modern, kedisiplinan bukan hanya soal strategi permainan, tapi juga waktu dan detail teknis. Manchester City menjadi contoh bahwa ketidaktepatan waktu—sekecil apa pun—bisa berujung mahal.
Dalam dunia yang diatur oleh kamera, kontrak global, dan ritme digital, satu menit bisa berarti miliaran rupiah. Dan City kali ini harus membayar harga itu.